Home » » » Formasi Batuan di Sulawesi

Formasi Batuan di Sulawesi



Pengertian Formasi

Formasi adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Sedangkan dalam buku berjudul : Principles Of Sedimentology And Stratigraphy (Sam Boggs, 1987), formasi didefinisikan sebagai suatu tubuh batuan yang dapat dikenali/diidentifikasi melalui karakter dan posisi stratigrafinya, lazimnya, tapi tidak selalu, tubuh batuannya berbentuk tabular, dan dapat dipetakan pada permukaan bumi dan dapat dilacak keberadaannya di permukaan. Formasi dapat terdiri atas satu tipe batuan, perulangan dari dua atau lebih tipe batuan, atau berupa percampuran beberapa jenis batuan yang sangat heterogen.

Macam-macam Formasi di Sulawesi :

1. Formasi Latimojong, merupakan batuan dasar yang tersingkap disebelah tenggara daerah penyelidikan, batuan penyusunnya terdiri dari batupasir kuarsa malihan, batulanau malihan, kuarsit, filit, dan setempat batulempung gampingan. Formasi ini diperkirakan berumur Kapur dan diendapkan dilingkungan laut dalam. Hubungan stratigrafi dengan Formasi yang menutupinya menunjukan ketidak selarasan.

2. Formasi Sekala (Tmps) diendapkan menjari dengan Batuan Gunungapi (Tmv) terdiri dari batupasir hijau, grewake, napal, batulempung dan tuf, sisipan lava bersusunan andesit-basal, berumur Miosen Tengah –Pliosen.

3. Formasi Mandar (Tmm) terdiri dari batupasir, batulanau dan serpih, berlapis baik, mengandung lensa lignit, yang berumur Miosen Akhir. Tebalnya mencapai 400 m, diendapkan dalam lingkungan laut dangkalsampai delta. Pada Lembar Mamuju formasi ini disebut Formasi Mamuju (Ratman dan Atmawinata, 1993), didominasi oleh napal dan batugamping dengan sisipan tuf, batupasir dan konglomerat.

4. Formasi Mamuju diendapkan bersamaan dengan Anggota Tapalang Formasi Mamuju (Tmmt) yang terdiri dari batugamping terumbu, batugamping kepingan dan napal. Keduanya menjemari dengan formasi Batuan Gunungapi Talaya (Tmtv). Disusul oleh Formasi Lariang (Tmpl) yang terdiri dari perselingan antara konglomerat dan batupasir, sisipan batulempung dan setempat tuf, berumur Miosen Akhir – Pliosen.

5. Formasi Budong-Budong (Qb) diendapkan secara selaras diatasnya, terdiri dari konglomerat dan batupasir, setempat sisipan batugamping dan batulanau, berumur Plistosen – Holosen. Batugamping Koral (Ql) diendapkan menjari dengan Formasi Budong-Budong (Qb), terdiri dari batugamping terumbu dan batugamping bioklastika, berongga, setempat dengan moluska, berumur Plistosen – Holosen. Endapan Aluvial dan Endapan Pantai (Qal) yang terdiri dari lempung, lanau, pasir dan kerikil merupakan endapan termuda berumur Holosen.

6. Formasi Mallawa tersusun oleh batupasir arkosik, batulanau, batulempung, napal, dan konglomerat yang diinterkalasi oleh layer-layer atau lensa-lensa batubara dan batugamping. Formasi ini terdapat di bagian barat Sulawesi Selatan, yang melapis-bawahi secara tak-selaras Formasi Balangbaru dan setempat Formasi Langi (Sukamto, 1982). Umur Paleogen pada formasi ini diduga dari palinomorfisnya (Khan & Tschudy, dalam Sukamto, 1982), sementara fosil ostrakoda menunjukkan umur Eosen (Hazel, dalam Sukamto, 1982). Formasi Mallawa ini diduga terendapkan pada lingkungan terrestrial/marginal marine yang menerus ke atas secara transgersif sampai ke lingkungan laut dangkal (Wilson, 1995).

7. Formasi Batugamping Tonasa melapis-bawahi secara tak-selaras Formasi Mallawa dan Volkanik Langi. Dari bawah ke atas, formasi ini tersusun oleh anggota-anggota A (kalkarenit berlapis baik), B (batugamping berlapis tebal sampai batugamping masif ), C (sekuens batugamping detritus tebal dengan limpahan foraminifera), dan D (limpahan material volkanik dan olistolit batugamping dari berbagai umur ) (van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982). Formasi ini berumur Eosen sampai Miosen Tengah (van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982; Wilson, 1995). Margin bagian selatan dari Formasi Tonasa diduga merupakan margin bertipe landai, dan Platform Karbonat Tonasa disusun terutama oleh fasies laut dangkal, sedangkan margin bagian utara didominasi oleh fasies redeposited (Wilson, 1995). Formasi Mallawa dan Tonasa tersebar luas di bagian barat Sulawesi Selatan (Wilson, 1995).

8. Formasi Salo Kaluppang hadir di bagian timur Sulawesi Selatan, yang terdiri atas batugamping, serpih, dan batulempung yang interbedded dengan konglomerat volkanik, breksi, tufa, lava, batugamping, dan napal (Sukamto, 1982). Berdasarkan dating foraminifera, umurnya berkisar dari Eosen Awal sampai Oligosen Akhir (Kadar, dalam Sukamto, 1982 dan Sukamto & Supriatna, 1982). Formasi ini seumur dengan Formasi Mallawa dan bagian bawah Formasi Tonasa (Sukamto, 1982).

9. Formasi Kalamiseng tersingkap di bagian timur Depresi Walanae, terdiri atas breksi volkanik dan lava dalam bentuk lava bantal dan lava masif, yang ber-interbedded dengan tufa, batupasir, dan napal (Sukamto, 1982; Sukamto & Supriatna, 1982; Yuwono et al., 1987). Lava tersebut dicirikan oleh basal dan diabas spilitik yang telah termetamorfosis ke fasies sekis hijau (Yuwono et al., 1988). Pegunungan Bone diinterpretasi merupakan bagian dari suatu sekuens ofiolit berdasarkan ciri dan pengamatan pada anomali gravity-nya yang tinggi serta MORB (mid oceanic ridge basalt)-nya. Dating K/Ar pada lava bantal Formasi Kalamiseng menunjukkan umur Miosen Awal (Yuwono et al., 1988), dan umur ini kemungkinan merupakan umur emplacement dari suite ofiolit yang diduga tersebut di atas (Yuwono et al., 1988).

10. Formasi Walanae (Tmpw) ; berumur Miosen Akhir – Pliosen, formasi ini menindih tidak selaras dengan batuan gunungapi formasi Camba. Formasi Walanae tersusun dari perselingan batupasir, konglomerat, tufa dengan sisipan batulanau, batulempung, batugamping, napal dan lignit, batupasir berbutir sedang sampai kasar, umumnya gampingan dan agak kompak, berkomposisi sebagian andesit dan sebagian lainnya banyak mengandung kuarsa. Tebal satuan ini diperkirakan sekitar 1.200 meter (Rab. Sukamto dan Sam Supriatna, 1982). Batubara pada formasi Walanae yang pernah diteliti antara lain pada Kabupaten Sinjai, pada daerah Panaikang dan Bulupodo. Ketebalan batubara formasi Walanae pada daerah Panaikang bervariasi dengan rata-rata 2 meter. Kondisi fisik berlapis-lapis, berselang-seling dengan lempung. Sedangkan pada daerah Bulupoddo batubaranya memiliki warna abu-abu hingga hitam, dan masih menampakkan tekstur asalnya yaitu kayu. Mempunyai cerat hitam, dengan ketebalan bervariasi antara 20 cm hingga 1,8 meter, tertutup lapisan soil setebal 1-2 meter. Batubara ini merupakan sisipan pada batupasir yang berselingan dengan batulempung hingga lanau. Melalui kehadiran struktur sedimen berupa laminasi, dan gelembur gelombang, menunjukkan genetik lingkungan pengendapan satuan batuan ini adalah laut dangkal (daerah transisi) dengan mekanisme pengendapan ‘sand bar’. Melalui hasil analisa kimia nilai Kalori batubara Walanae pada daerah Panaikang, Sinjai memiliki nilai Kalori 5.000 Cal/gr, fuel ratio (0,8-0,9) dengan kadar sulfur 2,1 – 3,5 %.

11. Formasi Bone telah dilaporkan oleh Grainge & Davies (1985) dari sumur Kampung Baru-I di daerah Sengkang, yang terdiri atas wackestone bioklastik dan packstone forraminifera planktonik berbutir halus yang ber-interbedded dengan mudstone kalkareus. Formasi ini berumur Miosen Awal (N6-N8).

12. Formasi Sekala, menempati sebelah utara timurlaut daerah penyelidikan, dimana kedudukannya menjemari dengan Batuan Gunungapi Talaya. Batuan penyusunnya terdiri dari batupasir hijau, grewake, napal, batulempung, tufa, serpih dan batupasir gampingan dengan sisipan breksi, lava dan konglomerat. Diperkirakan berumur Miosen Tengah-Pliosen, menutupi tidak selaras batuan yang berada di bawahnya dan diendapkan di lingkungan laut dalam/laut dangkal-darat

13. Formasi Balangbaru melapis-bawahi secara tak-selaras kompleks batuan dasar, dan tersusun oleh selang-seling batupasir dan lanau-lempung, dengan sedikit konglomerat, pebble-pebble batupasir, serta breksi konglomeratik (Sukamto, 1975,1982; Hasan, 1991).Formasi Balangbaru mengandung struktur sedimen yang mencirikan endapan gravity flow, meliputi debris flows, graded bedding, dan sole marks yang berkemas kacau (chaotic fabric), yang keseluruhannya mengindikasikan turbidites (Hasan, 1991).Setting tektonik Formasi Balangbaru diinterpretasikan merupakan cekungan busur-depan kecil yang berada pada trench slope (Hasan, 1991).

14. Formasi Marada tersusun oleh suksesi berselang-seling dari batupasir, batulanau, dan serpih (van Leeuwen, 1981).

15. Formasi Peleng (QL): Endapan batuan berumur kuarter yang penyebaran tidak merata, sebagian berupa batugamping konglomeratan, berwarna putih kotor hingga kecoklatan, setempat berongga-rongga, tidak berlapis dan keras.
16. Formasi Camba terdiri atas batupasir tufaan yang ber-interbedded dengan tufa, batupasir, batulempung, konglomerat volkanik dan breksi volkanik, napal, batugamping, dan batubara (Sukamto, 1982; Sukamto & Supriatna, 1982).

17. Formasi Mandala Timur; Kendari Sultra Hasil pengukuran gaya berat di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara, yang sebagian besar daerahnya ditutupi oleh batuan ofiolit, menunjukan perkembangan tektonik dan geologi daerah ini mempunyai banyak persamaan dengan daerah Lengan Timur Sulawesi dengan ditemukannya endapan hidrokarbon di daerah Batui. Struktur lipatan hasil analisis data gaya berat daerah ini menunjukkan potensi sumber daya geologi yang sangat besar, berupa: panas bumi dan endapan hidrokarbon.
18. Formasi Mandala Tengah(KABUPATEN DONGGALA DAN TOLITOLI,PROVINSI SULAWESI TENGAH)
Urut-urutan stratigrafi dari muda hingga tua sebagai berikut : Endapan alluvium,Endapan teras (Kuarter), Batuan tufa (Pliosen – Kuarter),Batuan sedimen termetamorfose rendah dan batuan malihan yang keduanya termasuk Formasi Tinombo (Kapur Atas –Eosen Bawah),Batuan gunungapi (Kapur Atas – Oligosen Bawah) yang menjemari dengan Formasi Tinombo,Batuan intrusi granit (Miosen Tengah – Miosen Atas) ditemukan menerobos batuan malihan Formasi Tinombo.
19. Formasi Mandala Barat Bagian Barat; ENREKANG SULAWESI SELATAN
Berdasarkan pengamatan geologi pada data penginderaan jauh dan lapangan, maka batuan di daerah Enrekang dapat dibagi menjadi 8 satuan,yaitu:Satuan batupasir malih (Kapur Akhir),Satuan batuan serpih (Eosen-Oligosen Awal),Satuan batugamping (Eosen),Satuan batupasir gampingan (Oligosen- Miosen Tengah),Satuan batugamping berlapis (Oligosen- Miosen Tengah),Satuan klastika gunungapi (Miosen Akhir),Satuan batugamping terumbu (Pliosen Awal),Satuan konglomerat (Pliosen),
Struktur geologi yang berkembang di daerah ini terdiri atas sesar naik, sesar mendatar, sesar normal dan lipatan yang pembentukannya berhubungan dengan tektonik regional Sulawesi dan sekitarnya



20. Formasi Mandala Barat Bagian Utara;

Geologi daerah Sulut didominasi oleh batugamping sebagai satuan pembentuk cekungan sedimen Ratatotok.Satuan batuan lainnya adalah kelompok breksi dan batupasir, terdiri dari breksi-konglomerat kasar, berselingan dengan batupasir halus-kasar, batu lanau dan batu lempung yang didapatkan di daerah Ratatotok – Basaan, serta breksi andesitpiroksen.Kelompok Tuf Tondano berumur Pliosen terdiri dari fragmen batuan volkanik kasar andesitan mengandung pecahan batu apung, tuf, dan breksi ignimbrit, serta lava andesit-trakit.Batuan Kuarter terdiri dari kelompok Batuan Gunung api Muda terdiri atas lava andesit-basal, bom, lapili dan abu. Kelompok batuan termuda terdiri dari batugamping terumbu koral, endapan danau dansungai serta endapan aluvium aluvium.



Thanks for reading & sharing Formasi Batuan di Sulawesi
Previous
« Prev Post

4 comments:

  1. sipp tp klu bisa di tambah dengan mineral-mineralnya juga

    ReplyDelete
  2. Oke gan , entar saya edit

    ReplyDelete
  3. Bisa di tambahkan formasi batuan di pulau jawa.

    ReplyDelete
  4. Kalau pulau jawa banyak gan yang agan cari daerah mana ?

    ReplyDelete